Isnin, 18 Mei 2009

Pra Persediaan Sem Baru - FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU




1. Definisi Fonetik

Menurut Raminah Haji Sabran (1984) dalam buku berjudul Kajian Bahasa Untuk Pelatih Maktab Perguruan menyatakan bahawa fonetik kajian tentang fenomena bunyi atau pertuturan manusia sejagat.
Bagi Arbak Othman (1983), fonetik adalah kajian tentang bunyi-bunyi ujar. Sebagai ilmu, fonetik berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan memfomulasikan hukum-hukum umum tentang bunyi-bunyi itu dan pengucapannya, manakala sebagai kemahiran, fonetik memakai data deskriptif dasar daripada fonetik ilmiah bagi memberi kemungkinan pengenalan dan pengucapan bunyi-bunyi ujar itu.
Selain itu, fonetik boleh didefinisikan sebagai mempelajari segala bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia, baik bunyi manusia, bukan bunyi bahasa, maupun bunyi bunyi marginal, dan memberikan simbol fonetik untuk setiap bunyi, yakni menurut Dr. Lufti Abas (1985).

Untuk keterangan lebih lanjut
bolehlah download di Nota Padat di paparan Blog ini...


2. Fonologi Bahasa Melayu (Malaysia)

Oleh: Misran
Sekilas Sejarah dan Dialek
Bahasa Melayu di Malaysia (BM) diakui sebagai bahasa nasional berdasarkan Peraturan 152 Pasal 1. Undang-undang ini baru disahkan pada tahun 1968 M, atau sembilan tahun pasca kemerdekaan negara itu. Meskipun di dalam Undang-undang itu digunakan istilah Bahasa Melayu, BM berulangkali berganti nama resmi. Dari pertama bernama Bahasa Melayu, diganti menjadi Bahasa Malaysia, kemudian berganti lagi menjadi Bahasa Melayu, dan terakhir pada tahun 2007, nama resmi bahasa ini kembali menjadi Bahasa Malaysia.
Penggunaan BM di Malaysia tidak begitu disambut secara antusias oleh warga ketika bahasa itu disahkan sebagai bahasa nasional. Justeru bahasa Inggris yang sering digunakan, terutama di kalangan etnis Cina dan India walaupun mereka termasuk warga minoritas. Hal ini membuat pemerintah berusaha menggalakkan penggunaan BM melalui beberapa peraturan, misalnya pada tahun 1961 dikeluarkan Akta Pelajaran dan pada tahun 1963 dikeluarkan Akta Bahasa Kebangsaan. Namun demikian, peraturan-peraturan ini dinilai secara pesimis oleh sebagian kalangan seperti pernyataan seorang Ketua Hakim Negara pada tahun 1979, bahwa BM tidak mungkin digunakan dimahkamah (pengadilan) karena berbagai keterbatasan yang dimiliki BM.

Untuk keterangan lebih lanjut
bolehlah download di Nota Padat di paparan Blog ini...



Tiada ulasan:

Catat Ulasan